- Polres Aceh Utara Tangkap Pelaku Penjual Kulit Harimau dan Beruang Madu - Desember 7, 2024
- Prabowo Sumbang Lahan Pribadi 20 Ribu Hektare untuk Konservasi Gajah di Aceh - Desember 3, 2024
- Kejari Aceh Tamiang tetapkan tiga tersangka korupsi pengaspalan jalan - November 30, 2024
Linkka Media – Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden telah mengirimkan ribuan amunisi dan bom ke Israel, untuk membantu negara itu menduduki Jalur Gaza, Palestina, sejak 7 Oktober 2023. Tanggal 7 Oktober 2023 merupakan tanggal saat Hamas menyerang Israel secara besar-besaran, dan juga menjadi tanggal mulainya Israel memggempur habis Jalur Gaza. Israel pun hingga kini masih menduduki wilayah tersebut.
Mengutip laporan Reuters, Minggu (30/6/2024), Pemerintahan Biden sejak tanggal itu telah mengirimkan bantuan sejumlah amunisi ke Israel, di antaranya 10.000 bom berdaya hancur tinggi seberat 2.000 pon dan ribuan rudal Hellfire.
Rinciannya ialah 14.000 bom MK-84 seberat 2.000 pon, 6.500 bom seberat 500 pon, 3.000 rudal berpemandu presisi Hellfire, 1.000 bom penghancur bunker, hingga 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara. Kalau ditotal sebanyak 27.100
“Jumlah ini menunjukkan bahwa tidak ada penurunan yang signifikan dalam dukungan militer AS kepada sekutunya, meskipun ada seruan internasional untuk membatasi pasokan senjata, dan keputusan pemerintah AS baru-baru ini untuk menghentikan pengiriman senjata ataupun bom ke Israel,” tulis Reuters.
Para ahli mengatakan isi kiriman amunisi tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan Israel untuk mengisi kembali perbekalan yang mereka gunakan selama masa invasinya di Gaza delapan bulan terakhir.
“Meskipun jumlah ini dapat dihabiskan dengan cepat dalam konflik besar, daftar kiriman ini jelas mencerminkan tingkat dukungan substansial dari Amerika Serikat untuk sekutunya, Israel,” kata Tom Karako, Pakar Senjata The Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Tom mengatakan bahwa amunisi yang tercantum adalah jenis yang akan digunakan Israel dalam pertempuran melawan Hamas atau dalam konflik potensial yang terjadi dengan Hizbullah.
Jumlah pengiriman tersebut, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, memberikan data awal tentang jumlah amunisi terbaru dan ekstensif yang dikirim ke Israel sejak perang Gaza dimulai.
Meski demikian, Gedung Putih enggan mengomentari data itu. Kedutaan Besar Israel di Washington juga belum menanggapi permintaan penjelasan atas data pengiriman amunisi itu.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada hari Rabu mengatakan kepada wartawan bahwa Washington sejak 7 Oktober telah mengirimkan bantuan keamanan senilai US$ 6,5 miliar ke Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa pekan terakhir mengklaim bahwa Washington menahan kiriman senjata, sebuah pernyataan yang berulang kali dibantah oleh para pejabat AS meskipun mereka mengakui adanya “kemacetan”.
Pemerintahan Biden juga sempat mengumumkan telah menghentikan satu pengiriman bom seberat 2.000 pon, dengan alasan kekhawatiran atas dampaknya terhadap daerah padat penduduk di Gaza.
Namun, para pejabat AS bersikeras bahwa semua pengiriman senjata lainnya tetap berjalan seperti biasa. Satu bom seberat 2.000 pon dapat menembus beton dan logam tebal, sehingga menciptakan radius ledakan yang luas.
Pengawasan internasional terhadap operasi militer Israel di Gaza semakin intensif karena jumlah korban tewas warga sipil Palestina akibat perang tersebut telah melebihi 37.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan menjadikan daerah kantong pesisir itu hancur berantakan.
Washington memberikan bantuan militer tahunan sebesar US$ 3,8 miliar kepada sekutu lamanya. Sementara Biden telah memperingatkan bahwa ia akan memberikan syarat pada bantuan militer jika Israel gagal melindungi warga sipil dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, ia belum melakukan eksekusi terhadap persyaratannya itu, selain menunda pengiriman pada bulan Mei.[cnbcindonesia.com]