Home / Etnografi / Nasional / Pendidikan

Senin, 25 Maret 2024 - 13:04 WIB

Melalui Program PMM, Putri Supina Asah Kemampuan di Bumi Yogyakarta

Mahasiswi Prodi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.

Mahasiswi Prodi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.

Lhokseumawe – Putri Supina seorang mahasiswi Prodi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh yang beruntung mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Negeri Yogyakarta. Perjalanannya di program itu membawa banyak pengalaman yang tak terlupakan selama satu semester penuh.

Pada tangga 11 Agustus 2023, Putri menginjakkan kaki di bumi Yogyakarta dan mulai mengenali beragam budaya yang ada di sana. Sepekan ia berada di Universitas Negeri Yogyakarta, Putri menjadi Master of Ceremony di salah satu kegiatan.

“Saya juga sempat mengembangkan kemampuan saya pada bidang Event Manager dan Master of Ceremony di Yogyakarta, pada saat 17 Agustus 2023 saya menjadi Koordinator Event Manager pada acara Gebyar Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta dengan 100 peserta dari seluruh penjuru Nusantara,” kata Putri mahasiswi asal Medan.

Namun, petualangannya tidak hanya terbatas di Yogyakarta. Ia diundang sebagai Master of Ceremony pada acara Bimbingan Teknis Kepegawaian di Kota Bandung.

“Saya juga melaksanakan kontribusi sosial di SDN Ngampon Ngawen yang berkolaborasi bersama Kampus Mengajar angkatan 6, pada saat kontribusi sosial kami mengadakan banyak sekali hiburan serta event kegiatan berhadiah dan saya dipercaya menjadi Master of Ceremony pada kegiatan tersebut,” ungkap Putri.

Terkait perbedaan budaya, Putri menyebutkan itu adalah bagian dari perjalanan yang menarik. Yogyakarta mempersembahkan kekayaan tradisi Jawa yang memesona, mulai dari keraton yang megah hingga tarian yang anggun, semuanya disajikan dengan kebanggaan yang luar biasa.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa perbedaan budaya juga membawa tantangan. Mulai dari bahasa yang berbeda, hingga tata cara sosial yang berbeda, serta cara menyebut arah dengan memakai arah mata angin. Semua itu adalah sebagian kecil dari ‘culture shock’ yang dirasakan di tengah-tengah kehidupan masyarakat Yogyakarta.

“Dalam 1 semester terdapat banyak sekali perbedaan budaya apalagi Yogyakarta dikenal sebagai kota yang memiliki kekayaan budaya tradisional yang kuat. Dengan adanya Keraton Yogyakarta dan tradisi Jawa yang kental, seperti tari, musik, dan batik, Yogyakarta menjaga warisan budayanya dengan bangga,” cerita Putri.

Yogyakarta tidak hanya menawarkan keindahan budaya, tetapi juga kemudahan akses. Dengan adanya Trans Jogja, perjalanan menjadi lebih nyaman dan terjangkau. Fasilitas yang baik dan harga yang ramah kantong membuat setiap perjalanan menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Selama menjalani pertukaran mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta, tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan modul Nusantara. “Melalui perjalanan ini, aku tidak hanya menjelajahi sejarah, tetapi juga memperkaya diri dengan keajaiban alam dan kebudayaan yang mempesona,” kisah Putri.[]

Share :

Baca Juga

Hukum

Menko Polkam: Indonesia dalam Darurat Narkoba, Tiga Strategi Besar Dicanangkan

Nasional

PT PIM Gelar Media Gathering: Sinergi dan Kolaborasi untuk Perkuat Kompetensi Jurnalis

Daerah

Universitas Malikussaleh Sambut Mahasiswa Internasional dari Kamboja

Nasional

Prabowo Sumbang Lahan Pribadi 20 Ribu Hektare untuk Konservasi Gajah di Aceh

Nasional

Persiapan Nataru 2024, Kakorlantas Polri Tinjau Jalur Merak Hingga Ketapang

Hukum

Polri Tegas, Pelaku Penembakan Polisi di Sumbar di PTDH

Hukum

Kapolri Pastikan Kabag Ops Polres Solok Selatan Di Pecat dan di Proses Pidana

Figur

Siapa Shella Saukia? Crazy Rich Aceh Diduga Biayai Umrah Transgender Isa Zega